Jumat, 22 Mei 2015

FILSAFAT ILMU


NAMA                       : AGUS KURNIAWATI DWI SAFITRI
KELAS                      : 14080314031
PRODI                       : Pendidikan Administrasi Perkantoran 2014 B


1.      Perkembangan Filsafat Ilmu pada zaman modern salah satunya adalah dalam bidang rekayasa genetik misalnya Teknologi Cloning, uraikan pendapat saudara mengenai Teknologi Cloning dilihat dari sudut moral, etika, dan norma bangsa Indonesia ?
Jawab :
Pada zaman modern ini memang sangatlah marak akan Teknologi Cloning yang menimbulkan banyak pro dan kontra yang terjadi saat ini. Teknologi Cloning ini biasanya diterapkan pada tumbuhan dan hewan dan itu menimbulkan dampak yang positif dan memang diperbolehkan. Sedangkan yang sekarang marak dibicarakan adalah pengcloningan yang diterapkan pada manusia. Banyak yang mengatatakan bahwa Teknologi Cloning ini membawa dampak positif bagi dunia kedokteran dan ada juga yang mengatakan Teknologi Cloning adalah perbutan tercela. Dan dengan adanya pengkloningan yang diterapkan pada manusia yang terjadi saat ini saya tidak setuju. Karena pengkloningan pada manusia sangatlah tidak wajar dan tidak memiliki moral, etika, dan norma bangsa Indonesia. Serta sangat bertentangan dengan agama.
Banyak pertentangan yang terus bermunculan seiring dengan berkembangnya teknologi cloning ini, diantaranya adalah permasalahan etika dan moral dalam usaha pengkloningan manusia. Banyak pihak yang menentang keras usaha ini karena bertentangan dengan agama serta tingginya risiko usaha pengcloningan pada manusia. Secara etika, moral dan keagamaan, adalah tidak wajar kalau seseorang dijadikan “fotokopi” atau di”fotokopi”. Setiap pribadi manusia memiliki hak atas originalitasnya. Dengan kloning, tak mungkin seseorang menjadi original, karena akan ada dua individu yang “sama” namun sebenarnya berbeda. Manusia berhak menjadi makhluk hidup secara penuh. Cloning pada dasarnya merupakan instrumentalisasi yang berarti manusia dijadikan objek penelitian atau diperalat. Martabatnya sebagai manusia dilecehkan, karena manusia tak hanya dijadikan dengan gen, walaupun peranan gen memang besar, namun juga peran suasana, pendidikan, dan waktu akan ikut membentuk kepribadian seseorang yang spesial dimana tidak akan ada yang benar-benar identik. Peran seorang ibu di waktu hamil pun dapat menentukan sikap seorang anak. Sedangkan dalam proses cloning, manusia tidak menjadi tujuan, melainkan sebagai sarana uji coba laboratorium demi menemukan sesuatu yang baru. Cloning manusia pada hakikatnya melecehkan manusia itu sendiri dan akan memiliki sangat banyak dampak buruk. Campuran gen lelaki dan perempuan tidak ditemukan dalam proses cloning. Cloning berarti melawan secara fundamental persatuan antara pria dan wanita. Selain itu, akan ada bahaya bahwa cloning manusia dipakai sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kematian, atau bahkan untuk mengembalikan seseorang yang terkenal dalam sejarah.
Dengan demikian, seorang individu akan terus menerus berlanjut hidup dan akan sangat dimungkinkan adanya “keabadian” bahkan “kebangkitan” dengan menggunakan teknologi cloning, dimana hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan ajaran agama yang menitikberatkan pada penghargaan hidup manusia, di mana agama sebagai pedoman moral bagi orang awam menekankan bahwa hak penciptaan kehidupan adalah milik makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari manusia.
Bila dilihat dari aspek kesehatan, sampai saat ini cloning masih sangat tidak aman, proses tersebut mengalami sangat banyak kegagalan.
Pada hakikatnya, diperlukan penerapan yang sesuai pada aplikasi teknologi kloning ini. Yang perlu kita perhatikan adalah esensi buat masyarakat yang luas setelah teknologi kloning ini diterapkan. Sebagai contoh, untuk menghasilkan produk kualitas hasil ternak dengan baik, dapat dilakukan teknologi kloning suatu binatang ternak khusus, maka penerapan kloning tersebut boleh diterapkan karena tidak akan menimbulkan masalah besar pada kehidupan manusia dan menguntungkan manusia. Yang jelas, teknologi kloning ini tidak dapat diterapkan pada manusia, karena manusia merupakan makhluk sosial, yang artinya jika diterapkan akan menimbulkan berbagai pertanyaan. Setelah manusia dikloningkan, manusia tersebut tidak akan hidup secara manusiawi, tetapi akan hidup tidak lengkap dengan kebahagiaan manusia pada umumnya seperti kebahagiaan hidup bersama orang tua, hidup sehat tanpa cacat tubuh, bersosialisasi dengan normal, dan lain-lain. Teknologi kloning pada manusia pun masih banyak faktor kegagalan. Manusia hidup bukan untuk diperjualbelikan, jadi alat test subject, atau dikorbankan demi kemajuan teknologi yang manfaat dari penerapannya masih belum jelas untuk kedepannya. Kelanjutan pengkloningan manusia ini harus segera diberhentikan, karena secara jelas perlakuannya tidak bersifat manusiawi.

2.      Uraikan dengan ringkas mengapa mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Surabaya wajib mengikuti mata kuliah Filsafat Ilmu ?
Jawab :
Menurut saya memang sangatlah wajib mahasiswa Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Surabaya dalam mengikuti mata kuliah Filsafat Ilmu, karena dalam mempelajari setiap bab dari mata kuliah Filsafat Ilmu kita bisa mempelajari akan hal-hal baru yang mungkin belum pernah kita dapatkan sebelumnya. Tentang bagaimana kita berargumentasi tentang banyaknya perpedaan pandangan dari berbagai para ahli filsafat dan lain sebagainya. Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat dirasakan, antara lain :
·         Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para
mahasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah
dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari
filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh
mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut
sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian
ilmiah.
·         Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah
mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan
berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis
berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu
diterapkan.
·    Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam opini dan argumentasi yang dikemukakan.
·      Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
·        Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
·   Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa adanya.
·      Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
·   Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan atau hanya merupakan sebagian dari kebenaran.
·    Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan karya seni.
·    Filsafat juga memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara lain. Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren semuanya ini merupakan ciri dari hasil latihan dalam ilmu filsafat.





REFRENSI :
Hotmartua, Rolamjaya. Dkk. 2012. Pro dan Kontra Pengkloningan Manusia. Cloning?, [Online], (http://evedollysas.blogspot.com/2012/04/cloning.html, diakses 22 Mei 2015)
Purwati, Yuli. 2011. PENTINGNYA BELAJAR FILSAFAT ILMU BAGI SEORANG MAHASISWA, [Online], (http://yuli-iluy.blogspot.com/2011/05/pentingnya-belajar-filsafat-ilmu-bagi.html, diakses 22 Mei 2015)